ratudetektif.com – Area publik Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, sempat geger saat speaker umum memutar suara mendesah perempuan—suara yang langsung viral di media sosial. Pengunjung di sekitar Pintu 5 terekam kaget, penasaran, bahkan tersenyum saat mendengarnya.
Manajemen Pusat Pengelolaan Komplek GBK (PPK‑GBK) kemudian angkat bicara, menyebut kejadian itu karena kelalaian petugas yang asal memutar lagu “bebas hak cipta” tanpa pengecekan menyeluruh. Berikut ulasan lengkapnya.
Kronologi Kejadian & Rekam Jejak Viral di Medsos
Pada Minggu pagi (13 Juli 2025), sebuah video viral menunjukkan desahan perempuan keluar dari speaker GBK di area Pintu 5. Pengunjung tampak berhenti, menoleh, bahkan tertawa geli mendengar suara tiba‑tiba tersebut. Beberapa pengunjung sempat merekam dan menyebarkan melalui Instagram @info_jabodetabek dan @jabodetabek24info, memicu heboh di Twitter dan TikTok. Tidak sedikit yang membagikannya dengan tagar “#YOLO” atau “suara tak pantas”.
Sementara itu, Groove talk di reuni jogging jadi bumbu humor mendadak, tapi manajemen langsung sigap merespons ketika ramai diberitakan.
Penjelasan Resmi Manajemen & Evaluasi Internal
PPK‑GBK menerangkan bahwa insiden berasal dari playlist bebas hak cipta yang diputar petugas tanpa pengecekan isi secara menyeluruh. Sehingga, secara tak sengaja tercampur audio tidak senonoh berupa desahan perempuan. Mereka meminta maaf atas kelalaian tersebut.
Pasca kejadian, manajemen langsung memberi teguran keras pada petugas yang lalai, meninjau ulang seluruh playlist audio, dan hanya memperbolehkan playlist kurasi resmi untuk speaker area publik.
Selain itu, akses pemutaran audio kini diperketat dan hanya bisa dijalankan oleh personel terverifikasi; sistem pengawasan konten pun ditingkatkan serta staf teknis diberi pelatihan ulang untuk mencegah kejadian serupa.
Sistem Teknologi & Prosedur Pemutaran Suara yang Harus Diperketat
Sebelum insiden, playlist di speaker GBK disusun acak dari koleksi bebas hak cipta—tapi tak ada review konten tiap lagu. Saat petugas menjalankan daftar tersebut via sistem otomatis, tak ada pengecekan manual terhadap keseluruhan track.
Kini, manajemen mengadopsi prosedur baru:
-
Playlist hanya dari server kurasi berlisensi GBK.
-
Semua track dicek satu per satu sebelum diupload.
-
Akses ke sistem pemutaran dibatasi lewat login individu dan audit trail.
-
Monitor real-time akan mencatat konten apa saja yang diputar untuk memastikan kepatuhan etika ruang publik.
Langkah ini bertujuan menjaga GBK sebagai ruang publik yang layak untuk semua kalangan—termasuk anak-anak dan keluarga—tanpa kejadian menyesakkan telinga lagi.
Reaksi Publik & Dampak Kesadaran Etika Ruang Publik
Reaksi di medsos beragam: dari tawa geli, kritik keras soal kebijakan soprano playlist, hingga sorotan soal profesionalisme ruang publik modern. Banyak yang menyayangkan bahwa di tempat semarak seperti GBK, tidak seharusnya memutar audio hadirkan kejutan memalukan .
Suara kritikan ini mendorong evaluasi manajemen aset audio di berbagai taman kota—turun-naik sebagai panggilan untuk meningkatkan kualitas layanan .
Anggota Komunitas Ruang Publik di Jakarta bahkan menyerukan penggunaan sistem deteksi otomatis yang memblokir konten tidak pantas secara real-time. Gerakan ini dilihat sebagai titik awal budayakan kontrol audio di area publik tanpa mengorbankan pendekatan inklusif.
Suara Mendesah di Speaker GBK: Cerminan Profesionalisme & Etika Publik
Insiden suara desahan perempuan lewat speaker GBK mungkin bikin ketawa sesaat, tapi seharusnya jadi wake-up call: ruang publik seperti GBK butuh kontrol ketat, pengawasan teknologi, dan standar etika yang jelas.
Manajemen PPK‑GBK sudah bergerak cepat dengan evaluasi internal, kurasi ulang playlist, dan pembaruan sistem kontrol. Namun, kedepannya, kolaborasi dengan masyarakat dan standar budaya audio publik tetap penting untuk hindari kejadian tak pantas sekaligus jaga kenyamanan semua pengunjung.